Tema ini menarik banget untuk disimak biar kamu bisa bersemangat dengan hari-harimu, tidak gampang nyerah sama keadaan, tidak mudah mengeluh karena kesusahan, tidak gampang putus asa karena kegagalan, tidak gampang kecewa karena ketidak cocokan, tidak gampang sedih karena penderitaan, tidak menghalalkan cara untuk mencapai tujuan, tak menodai kepercayaan dengan pengkhianatan. Waktu adalah kuncinya.
1. Time is Nikmat
Salah satu nikmat Allah yang sangat besar dan berharga adalah nikmat waktu. Coba rasakan bila nikmat ini dicabut, pasti udah mati deh kita. Inilah kesempatan berharga yang mesti kita syukuri bukan malah dikufuri.
Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya yaitu kesehatan dan waktu luang."
Karena nikmat, dan saking nikmatnya, kadang orang lupa waktu, lupa mensyukurinya. Misalnya karena menikmati sepakbola atau piala dunia, sampai lupa waktu shubuh. Coba ingat, mengapa ya kita bisa enjoy duduk berjam-jam di depan layar kaca menikmati Zaeniddin Zidane or Louis Figo berlaga tapi kita nggak kuat untuk berdiri shalat shubuh paling lama lima menit saja [itupun sudah dianggap sangat lama]. Memangnya ada apa?
Ingat-ingat ya, nikmat waktu ini nanti akan dimintai tanggung jawab di akhirat. Segeralah bertobat sebelum sekarat.
2. Time is Money
Waktu amat mahal harganya. Satu menit bisa berharga sekian juta. Tidak tepat dan tidak menepati janji bisa hilang kesempatan dan keberuntungan. Kalau kita ingin sukses secara finansia, mandiri secara ekonomi, belajarlah menghargai waktu dan memberdayakannya sebaik mungkin. Untuk itu kita bisa belajar pada Abdurrahman bin Auf ra.
Abdurrahman bin Auf ra dikenal sebagai wirausahawan ulung di antara para sahabat-sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk surga ini memiliki kepribadian yang unik dalam membangun pribadi yang unik dan mandiri.
Imam Bukhari meriwayatkannya. Setibanya kaum Muhajirin di Madinah, Rasulullah SAW segera mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa'ad bin Ar Rabi'. Kepada Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Ar Rabi' berkata, "Aku termasuk orang Anshor yang mempunyai banyak harta kekayaan dan kekayaanku akan kubagi dua, separo untuk Anda dan separo lagi untukku. Aku juga mempunyai dua orang istri, lihatlah mana yang Anda pandang baik bagi Anda. Sebutkan namanya, ia akan segera ku cerai dan sehabis masa idahnya Anda kupersilakan menikah dengannya."
Abdurrahman bin Auf menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku, dimanakah pasar di kota kalian?"
Abdurrahman bin Auf kemudian ditunjukkan tempat pasar para Bani Qainuqa. Ketika pulang ternyata ia membawa gandum dan samin, Begitulah seterusnya ia berusaha dan berdagang di pasar.
Begitulah penghargaan Abdurrahman bin Auf terhadap waktu. Ia minta ditunjukkan pasar untuk mengembangkan usahanya. Abdurrahman adalah pekerja keras yang sangat menghargai waktu. Sehingga terjaga harga dirinya, memiliki iffah dan izzah, potret pribadi utama.
Kuncinya : nikmat waktu untuk bekerja dan nikmati hasil kerja kerasmu, bukan kerja merasmu pada orang lain. Jadilah problem solver bukan trouble maker.
3. Time is Sword
Waktu itu laksana pedang nan tajam. Begitulah, kita mesti menyikapinya. Why? karena tajamnya pedang bisa digunakan apa saja sesuai kehendak kita. Terserah kita, tapi ingat bila pedang itu tidak digunakan dengan baik ia akan memotongmu. Swear guys.
Maka berhati-hatilah, jangan main-main dengan pedang yang tajam. Gunakan untuk melindungi diri atau menebas musuh yang mengancam, jangan sekedar jadi pajangan. Karena pedang yang baik adalah pedang adalah pedang yang selalu dijaga dan digunakan untuk kebaikan. Kalau tidak ia akan berkarat dan membahayakan, bisa rusak tak berguna. Duhai alangkah sayangnya.
Ada sebuah kisah tragis yang menimpa seoran gadis yang menghambur-hamburkan waktunya laiknya orang yan menebas-nebaskan pedangnya tak tentu arah. Di dalam Al Quran di kisahkan gadis pemurung dan putus asa tanpa cita-cita. Dialah gadis pemintal yang menghabiskan waktunya untuk memintal lalu melepaskan pintalannya, lalu memintal lagi. Begitu seterusnya dilakukan sampai mati.
Apakah kita akan habiskan waktu seperti gadis malang tersebut? No way! Begitulah, waktu adalah senjata, barang siapa mampu menggunakannya dia akan selamat, barang siapa tidak mampu menggunakannya dia akan binasa.
4. Time is Life
Waktu adalah kehidupan, Orang yang menghargai waktu itulah yang benar-benar hidup. Beda dengan orang-orang yang hidupnya menghambur-hamburkan waktu, ia sudah mati. Mati sebelum mati. Mengapa? karena kehidupan itu disusun atas menit, detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun, windu, abad dan seterusnya.
Sehingga orang yang hidup tetapi tidak menghidupkan waktunya sama dengan kematian. Rasulullah menggambarkan antara seorang manusia yang hidup dengan yang mati pada kualitas dzikirnya. Kualitas daya ingatnya kepada Allah. Kualitas kesadarannya akan tanggung jawab waktu.
Sabda Nabi SAW, "Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) Allah dengan orang yang tidak mengingat-Nya, itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati" (H.R. Bukhari dari Abu Musa Al Asy'ari)
Waktu yang dua puluh empat jam sehari seringkali terasa kurang karena banyaknya pekerjaan dan kewajiban kita. Tak jarang kita mengkambinghitamkan waktu, menyalahkannya dan tidak mau mengakui kesalahan diri yang tidak hati-hati. Padahal menyalahkan waktu itu termasuk sikap mencela masa (sabbud dahr) yang dibenci oleh Allah. Nabi SAW pernah berpesan, "Janganlah kalian menyalahkan waktu."
Saudaraku, hidup akan terus melaju dan waktupun akan segera berlalu, tanpa mampu kita hentikan. Persoalan waktu itu bukan terletak pada hitungan jumlahnya, melainkan pada kualitasnya. Kualitas yang dihasilkan lewat manajemen untuk menghasilkan sikap disiplin waktu. Bukankah setiap detik, nafas, dan kehidupan kita akan dipertanggungjawabkan?
Sudahlah, nggak usah ngeles. Coba hitung kembali waktumu dan gunakan semaksimal kau mampu. Begitulah, waktumu adalah umurmu. Jadikan kesempatan ini modal dan kenikmatan yang wajib disyukuri. Wujud syukur kita adalah mengisi waktu dengan amal shalih dan berlomba dengan waktu mengejar kebaikan dunia-ukhrawi. [Yuk kita simak Al Quran surat Ibrahim : 33-34; Al Furqan : 62; Al Lail; Al Fajr; Adh Dhuha; dan masih banyak yang lain]
Comments