Kisah Inspiratif Yusuf Mansyur

Kisah Inspiratif Yusuf Mansyur

Intinya, secara blak-blakan dia mengaku belum lama keluar dari sel (rumah penjara); dan itupun bukan untuk kali yang pertama, karena sebelumnya dia juga pernah dikrangkeng karena kasus yang serupa. Hanya nilai nominalnya yang tidak sama. Karena, kasus kedua jauh lebih besar dibandingkan kasus pertama.

Dia mengisahkan perihal masa lalunya setelah lama tidak berjumpa dengan saya. Sambil kuliah, dia katakana, penulis juga melakukan kegiatan usaha (bisnis) yang bergerak dalam bidang pengembangan kursus komputer dan kahirnya berbisnis dan lain. Menurutnya, usaha bisnis yang dia jalani lumayan sukses untuk ukuran sekelas dia. Buktinya yang bersangkutan mampu membeli mobil dan bahkan rumah yang cukup lumayan, akunya. Padahal, jarang-jarang bahkan langka untuk ukuran kelas mahasiswa manapun dalam waktu relative singkat sanggup membeli mobil dan rumah.

Berbarengan dengan kisah perjalanan hidupnya beberapa tahun yang lalu, yang dia sampaikan dalam bentuk bahasa yang sangat mudah difahami, ingatan sayapun tentang dia semakin banyak. Dan dia pun terus berkisah tentang kehidupan yang olehnya dinyatakan sebagai tidak membumi. Menurutnya, bahwa dirinya yang sejak kecil hidup dibesarkan dalam lingkungan keluarga, lembaga dan masyarakat yang serba santri atau islami, bahkan kuliah di perguruan tinggi agama dengan mengambil fakultas yang sarat dengan ilmu-ilmu agama islam in this case fakultas syariah, kok bisa menjadi manusia yang tidak mengenal Allah. Telinganya tuli, matanya buta, dan berhati mati. Ketika dia mengatakan demikian, saya teringat akan firman Allah :

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari Jin dan manusia; (sebab) mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka juga mempunyai telinga, (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf:179)

Menurut pengakuannya secara jujur, dia telah mengecewakan banyak pihak, terutama keluarga dekat yang bersangkutan, khususnya ibundanya tercinta. Puncak kekecawaan keluarganbya itu, tambah dia, terlihat dari tindakan pengiklanan disebuah harian ibukota, yang mengenaskan pelepasan tanggung jawab atas semua perbuatannya dengan pihak lain. Sungguh luar biasa, piker dan rasa saya ketika itu. Yusuf Mansur terus menceritakan kesulitan hidupnya yang terlilit banyak problem; dan lebih-lebih tentang kepindahannya selama dalam kurungan. Ia merasa tidak punya harga diri, dan tidak punya apa-apa lagi.
Tapi, dibalik semua itu menurut pengakuannya, masih ada salah seorang kerabatnya, (pamannya) yang masih berkenan membantu dia seraya mendekatinya di dalam bui dan menyuruhnya bertaubat. Sungguhpun pada mulanya penuh keraguan, karena menurutnya sudah terlalu hanyak dosa yang diperbuat, dia tetap diyakinkan pamannya supaya ber-taubatan nashuha. Dan itu merupakan kesempatan terakhir yang diberikan pamannya itu kepada Yusuf mansur.

Dalam penuturannya itu, yusuf juga mengisahkan tentang bayang-bayang diri saya (Muhammad Amin Suma) yang sesekali hadir atau bahkan sering-sering hadir dalam ingatannya. Baik ketika di dalam sel tahanan, dan lebih-lebih setelah  keluar dari rumah bui. Di antara alasannya, kata yusuf mansur, karena dia pernah menerima materi perkuliahan tafsir Al-Quran ketika masih duduk di bangku kuliah. 

Sekeluar dari bui, dia benar-benar ingin bertaubat dan membuka lembaran hidup baru yang penuh dengan karya yang ingin dia persembahkan untuk mengobati kekecawaan keluarganya terutama ibunya. Untuk itu, menurut pernyataannya, dia mencoba menulis beberapa buku yang berisikan perihal pengalaman perjalaan hidupnya terutama setelah jauh dari tuntutan agama. Dan kini, yang bersangkutan selalu ‘berkonsultasi’ dengan Al Quran dalam melakukan segala sesuatu yang benar-benar dianggap perlu dipertimbangkan. Misalnya, ketika hendak menyelesaikan kasus-kasus piutang atau perdata lainnya, bahkan juga ketika dia hendak melangsungkan akad nikanya beberapa bulan yang lalu.

Menurut pengakuannya, sejak dia dibebaskan dari terali besi, berbagai tindakan  ‘seakan-akan benar-benar dituntun Allah Swt’, melalui wahyu-Nya, Al-Quran. Di antara contohnya dia mengilustrasikan, ketika membuka Al-Quran ternyata yang tampak adalah ayat pertama dari surat At Taubat. Dalam ayat itu terdapat kata bara’ah yang artinya pembebasan, sungguhpun dalam konteks sejarah yang berlainan dengan yang dia alami. Keadaan demikian terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya, yang menyebabkan dia semaking semangat untuk melakukan taubatan nasuhan yang disarankan pamannya di atas.

Pendek cerita, yusuf mansur pun terus menjalankan tradisinya membuka dan memahami Al Quran usai melakukan shalat tanpda menyebutkan jenis shalat yang dilakukannya, guna mencari petunjuk perihal benar-salah atau tepat tidaknya tindakan yang akan dia ambil. Sampai-sampai akunya hendak berpergianpun jika perlu dia membuka Al Quran terlebih dahulu.

Comments