Seiring
dengan berkembangnya zaman, Indonesia dituntut
untuk mampu bersaing secara global. Persaingan yang dihadapi tidak sekedar melalui
peralatan militer yang canggih tetapi lebih kepada tatanan sumber daya manusia
yang mumpuni. Maka perlu adanya pembenahan sistem kearah itu. Caranya yaitu
memposisikan pendidikan secara komprehensif dan sistematis. Tujuannya
menciptakan manusia Indonesia yang berkarakter, berkualitas dan berilmu sesuai
dengan apa yang dicita-citakan negara ini. Menjadi pelopor dalam dominasi
internasional. Ilmu tidak hanya
mendongkrak martabat bangsa akan tetapi juga menciptakan peradaban baru.
Kebanyakan negara-negara maju meletakan pendidikan sebagai prioritas serta
tidak dipandang sebelah mata. Negara maju menjadikan industri kreatif sebagai
modal utama pendongkrak ekonomi. Ilmuwan di negara maju didukung penuh terhadap
aktivitas riset mereka. Sehingga tidak sulit bagi mereka mampu mendominasi
dalam percaturan globalisasi saat ini. Ilmuwan Indonesia sebagian besar hidup di luar
negeri. Mereka masih memiliki jiwa nasionalisme hanya saja pemerintah belum
memberikan akses bagi mereka.
Contonya
India, India akhir-akhir ini mampu mendominasi di kawasan Asia karena
pemerintah India mengharuskan mahasiswanya yang belajar di luar negeri
setelah habis masa studinya pulang untuk
membangun negara. Tak heran pertumbuhan ekonomi india meningkat. Sebenarnya
momentum kelahiran ilmuwan Indonesia ada sejak lama tapi baru terekspose saat Habibie menjadi menteri
di Era Orde Baru. Kualitas pemuda indonesia sangat kompetitif. Kemunculan
golongan akademisi, profesional, dan seniman diharapkan mampu mendongkrak
penghargaan tertinggi dalam penciptaan karya anak negeri. Karya buatan anak
negeri harus unggul di dalam negeri. Pemerintah sekiranya memberi ketegasan
untuk itu, bukan akan kesadaran individu semata. Pemerintah harus mempunyai
program-program yang digulirkanpun penuh dengan tantangan masa depan.
Tidak
bermaksud Indonesia harus menjadi negara industri sepenuhnya. Hal ini dapat
menjadi titik poros bagi masa depan Indonesia. Dengan pendidikan yang baik
negara akan dipandang bermartabat . Tidak adanya sinkronisasi pejabat daerah
dengan pusat dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. Kebijakan pemerintah
hanya terpaku pada kepentingan-kepentingan politik. Masyarakat indonesia sudah
jenuh dengan segala hal yang berhubungan politik. Kapan pencapaian
kesejahteraan indonesia berjalan maksimal. Jika politik mejadi bahan yang
dibincangkan setiap waktu. Karena hal ini pula yang mengakibatkan ilmuwan
indonesia enggan untuk pulang.
Sekiranya
harus adanya perubahan dalam sistem demokrasi kita yang berasaskan pancasila. Hal
ini diwujudkan dengan tidak adanya partai politik berbau kepentingan golongan
untuk golongan tetapi golongan untuk Indonesia. Sekiranya untuk pemilu tahun
depan hanya ada 5 partai yang ikut bersaing, yaitu partai golongan ilmuwan
nasionalis (akademisi), partai golongan seniman nasionalis (budaya), partai
golongan entrepreneur nasionalis (entrepreneur), partai golongan agama
nasionalis (religius), dan partai golongan pertahanan nasionalis (tentara).
Mereka berbeda golongan tetapi satu misi menuju kemandirian bangsa. Tidak ada
partai oposisi hanya ada partai satu tujuan dan partai dengan ide berbeda tapi
masih satu tujuan. Indonesia terlalu banyak meniru praktek-praktek politik
asing. Kebebasan HAM diumbar, padahal batasan-batasan HAM belum jelas.
Kepentingan politik dari golongan-golongan tadi sangat dibutuhkan oleh
indonesia untuk mencapai kesejahteraan dan kebanggaan bangsa. Dengan ilmu
pengetahuan diharapkan Indonesia menjadi pencetus Ilmuwan internasional
terbanyak, dengan budaya yang beraneka ragam mampu menyelaraskan tujuan
nasional agar tetap kokoh dalam kesatuan NKRI. Ini bukan wujud dari mengubah
sejarah tetapi mengubah pemikiran politik yang sebenarnya. Gejolak sistem
pemerintahan dari dulu sampai sekarang masih terus membayangi. Perlu diingat
bahwa indonesia bersatu karena keberagaman. Budaya dan olahraga sebagai
pencetus tetap eksisnya nasionalisme pemuda Indonesia. Politik Indonesia juga
cenderung tidak bebas aktif. Jangan pernah menganggap Indonesia mampu mengatasi
masalah jika sistem yang tidak relevan tidak diperbaiki. Sistem yang perlu
diubah antara lain, sistem politik yang mendasari sistem-sistem yang lain.
Kemudian penegakan hukum harus jelas dan tegas, tegas bukan berarti otoriter
tetapi penempatan hukum sesuai undang-undang yang benar. Pembangunan yang
merata, mulai dari pelosok utara Indonesia sampai pelosok ujung timur Indonesia
dan juga para warga perbatasan. Kebijakan pemerintah jangan terpusat pada
Jakarta sebagai ibukota, ibukota Indonesia sekiranya dapat dipindahkan ke
wilayah Kalimantara agar koordinasi bisa lebih maksimal. Jangan adanya persepsi
bahwa pepindahan ibukota tidak baik mengubah sejarah, atau komentar-komentar
lain yang menganggap bahwa Jakarta akan tetap luas tiap tahunnya, akan tetap nyaman
selamanya, akan tetap aman selamanya. Kita harus berpikir jangka panjang dalam
menentukan strategi yang tepat. Seleksi para investor asing, terutama investasi
pada bumi , tanah, air dan kekayaan alam yang lain, agar tidak adanya monopoli
asing dalam mengeruk aset bumi pertiwi. Perlu dipertegas dan diperjelas yaitu
bukan UUD 1945 dan Pancasila yang
diubah. Demokrasi Pancasila belum dilaksanakan sepenuhnya untuk kepentingan
rakyat. Posisi Indonesia sangat strategis, jika dipoles dengan sistem yang
baik, terstruktur dan terencana pasti Indonesia akan maju. Penduduk terbesar,
kepulauan terbesar, garis pantai terpanjang, dan masih banyak lagi. Kita harus
berpikir bahwa yang kita hadapi bukan hanya negara tetangga tetapi
penguasa-penguasa baru dunia.
Masih ada sisi positif dari setiap
permasalahan. Masih ada harapan dalam keterpurukan. Masa depan indonesia harus
dipegang oleh golongan ilmuwan yang nasionalis dan religius. Kehancuran Orde
Baru dipicu bukan dari krisis ekonomi semata. Krisis moral yang ada pada Orde
Baru menciptakan robohnya pondasi yang kokoh. Keilmuwan dan kebudayaan harus
berjalan sinergi. Masyarakat Indonesia
sudah kritis, jangan bersikap arogan. Kritis boleh tapi jangan sampai
berlebihan, jangan mengumbar maupun mengumpat.
Comments