Banyak orang yang bilang "Don't judge the book by the cover" istilah semacam ini merupakan wujud dari penilaian seseorang yang tidak boleh diukur hanya dari apa yang dia kenakan, karena kepribadian seseorang tidak banyak yang tahu. Perlu adanya kesadaran diri sendiri untuk memahami karakter orang lain secara singkat atau bahkan dalam jangka waktu yang lama. Proses semacam ini juga menjadi bagian dari proses belajar manusia untuk dapat lebih mengerti dan memberi wawasan bahwa manusia satu dengan manusia yang lain ada kesamaan dan juga ada perbedaan.
Kita ambil contoh anak punk, misalnya keberadaan mereka kadang kurang merepresentasikan kepribadian yang baik dalam diri mereka, bahkan mereka di cap sebagai orang yang tidak mempunyai harapan yang baik bagi dirinya, kemudian kita bisa lihat juga anak-anak reggae yang dengan suasana musiknya yang kental dengan orang-orang yang hanya hidup senang-senang tidak punya mimpi dan harapan. Tapi kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Mereka ingin tampil beda, ingin tampil aneh, karena mereka ingin diperhatikan mereka ingin menunjukkan bahwa tidak ada pilihan dalam hidup mereka selain meyakini apa yang mereka tunjukkan.
Bertolak belakang dengan para pejabat yang modis, elegan, dan wibawa dengan power yang dimilikinya. Tapi lihat mereka dari sudut pandang yang berbeda pula, mengapa harus dibedakan? Secara manusiawi kita harus merangkul semua saudara kita. Tapi kita juga tidak boleh terjebak dengan semua tipu daya dan rayuan yang diberikan. Memang sungguh ironis dengan semua sifat manusia.
Harapannya semoga ke depan, kita sebagai manusia, harus mampu menjadi penolong bagi sesama manusia lain yang sedang kesusahan. Kita juga tidak boleh merusak apa yang telah menjadi baik, dan membaikan segala kerusakan yang terjadi. Turunkan tensi ego masing-masing, untuk bisa mendapatkan solusi yang lebih baik dan adil.
Comments